Breaking News

Bahrun Sebut Dirinya Sebagai Penguasa, Warga: Kami Tidak Inginkan Seorang Penguasa Memimpin Muna

Ilustrasi

MUNA, SULTRAPOS.ID - Baru-baru ini dalam pemberitaan salah satu media online, Plt. Bupati Muna yang saat ini juga mencalonkan diri sebagai Bupati Muna Periode 2024/2029 menyebut jika dirinya seorang penguasa saat ini. 

"Serangan kepada Bahtera itu biasa saja dan wajar karena balon Bupati Bahtera hari ini adalah penguasa dan dikhawatirkan akan memenangkan pilkada. Orang diserang karena ditakuti, kalau lemah untuk apa diserang," ujar Bahrun disalah satu media online (inspirasisultra.com). 

Menanggapi pernyataan Plt. Bupati, salah satu pemuda Kabupaten Muna, Suirwan mengatakan jika seorang Bupati tidak etis dan tidak baik menyebut dirinya sebagai penguasa. Seharusnya Plt. Bupati Muna harus bijak dan adil mengambil keputusan karena saat ini Plt. Bupati adalah seorang pemimpin. "Tidak etis dan tidak baik seorang Bupati berkata dirinya sebagai penguasa. Beliau sadar diri jika dia adalah seorang pemimpin, pemimpin itu harus bijak dan adil, jangan karena politik dan beliau mencalonkan diri sebagai Bupati, dia lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai pelayan masyarakat Muna," ujar Suirwan, Senin (02/09/2024). 

Perlu diketahui kata Suirwan, momentum menjelang Pilkada Muna, bukan Plt. Bupati yang diserang di media sosial, justru semua calon diserang. "Jangan memberitakan diri seolah-olah dizalami dan dihakimi dan diserang di media sosial. Semua calon Bupati di Muna ini, semuanya diserang dan dihakimi di media sosial. Jadi, seharusnya Plt. Bupati Muna harus bijak dan adil, karena beliau adalah pemimpin bukan penguasa," jelasnya. 

Dikatakannya, Kabupaten Muna tidak membutuhkan sosok pemimpin penguasa tapi membutuhkan sosok pemimpin yang merakyat, bijak dan adil untuk kesejahteraan masyarakat Muna. "Hari ini masyarakat Muna tidak butuh penguasa, yang menyebut dirinya sebagai penguasa, warga Muna inginkan pemimpin yang arif, adil dan bijaksana membawah kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan Muna," tegasnya.


Penguasa dan Kekuasaan dalam Pandangan Komunikasi Politik Machiavelli


Pemikiran politik kekuasaan Machiavelli adalah bagaimana kekuasaan ini diraih dan dipertahankan. Sumber kekuasaan bagi Machiavelli adalah negara, oleh karena itu negara dalam pandangannya memiliki kedaulatan dan kedudukan tertinggi Kekuasaan menurut machiavelli bersandar pada pengalaman manusia. 

Menurut Machiavelli, Kekuasaan memiliki otonomi terpisah dari nilai moral. Karena menurutnya, kekuasaan bukanlah alat untuk mengabdi pada kebajikan, keadilan dan kebebasan dari tuhan, melainkan kekuasaan sebagai alat untuk mengabdi pada kepentingan negara.

Machiavelli memahami kekuasaan memiliki tujuan menyelamatkan kehidupan negara dan mempertahankan kemerdekaan. Machiavelli menegaskan, untuk mempertahankan kekuasaan, seorang penguasa diperbolehkan berbohong, menipu dan menindas. Pandangan ini bukan sebagai nasehat politik, melainkan machiavelli memandang kekuasaan memang tak semurni dunia surgawi. sebagaimana situasi pada zaman pertengahan dan pra renaissance. Dalam pandangannya, kekuasaan adalah dunia yang penuh intrik, kekejian dan ketololan.

Kekuasaan yang menerapkan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya. Penguasa berhak melanggar hak-hak rakyatnya bilamana dianggap menghalangi tujuan dan cita-cita penguasa. Machiavilli berpendapat bahwa manusia beradab hampir pasti akan menyeimbangi egositas yang tidak bermoral.

Jika seseorang menginginkan untuk mendirikan Negara Republik, Machiavelli mengungkapkan, ia akan merasa lebih mudah untuk meraihnya, dibandingkan dengan seseorang dari kota besar, karena yang kondisinya sudah rusak. Jika seorang egois yang tidak bermoral, dia akan bijak dalam bertindak serta tetap menyesuaikan dengan kondisi yang sedang dihadapi.


Laporan: LM. Sacriel

0 Komentar

Posting Komentar
© Copyright 2022 - Media Online sultrapos.id