![]() |
Salah satu jalan rusak di wilayah Kusambi Raya |
MUNA BARAT, SULTRAPOS.ID -Di balik slogan megah "Liwu Mokesa" yang berarti daerah yang bagus, tersimpan ironi yang menyayat logika publik. Muna Barat, kabupaten yang digadang-gadang menuju kemajuan, justru menyuguhkan realitas infrastruktur jalan yang memprihatinkan jauh dari makna ‘bagus’ yang digaungkan.
Salah satu potret nyata itu ada di Kusambi Raya. Jalan utama di kawasan ini rusak parah, terbentang sepanjang 6 kilometer, dengan lubang-lubang dalam yang mengintai keselamatan pengguna jalan. Siang hari dipenuhi debu beterbangan, malam hari berubah menjadi jebakan maut, apalagi saat hujan mengguyur dan genangan air menyamarkan kerusakan.
Jalan Rusak, Roda Ekonomi Terhambat
Lebih dari sekadar ketidaknyamanan, kondisi ini memukul sektor transportasi, perdagangan, dan akses masyarakat ke layanan dasar. Aktivitas ekonomi warga tersendat, distribusi barang melambat, dan biaya perawatan kendaraan melonjak. Di saat daerah lain berlari mengejar kemajuan, Muna Barat justru tertatih di jalan yang penuh lubang.
Slogan "Liwu Mokesa" seakan hanya hidup di baliho dan spanduk, belum menjelma dalam kebijakan nyata yang menyentuh kehidupan masyarakat sehari-hari. Ironis, ketika narasi pembangunan didengungkan, jalan yang menjadi urat nadi kemajuan justru terbengkalai.
Bupati: Perbaikan Dimulai Tahun Ini
Menanggapi keluhan publik, Bupati Muna Barat La Ode Darwin menegaskan bahwa perbaikan jalan masuk dalam prioritas pemerintah daerah dan akan dimulai tahun ini.
“Kita sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan mendapat dukungan. Tahun ini akan dimulai perbaikan, dan dilanjutkan tahun depan,” ujar Bupati Darwin usai membuka kegiatan FunRun HUT Muna Barat ke-11, Minggu (20/7).
Disebutkan pula bahwa Kementerian PUPR telah turun langsung meninjau kondisi jalan di wilayah tersebut.
Namun, masyarakat kini tak lagi butuh janji, mereka menanti aksi nyata. Realisasi perbaikan menjadi ujian utama: apakah Muna Barat akan keluar dari paradoks slogannya, atau terus terperangkap dalam retorika?
Jalan Rusak, Slogan Terbantahkan
Satu hal pasti slogan sehebat apa pun tak akan berarti jika rakyat masih terjerat jalan berlubang dan penuh debu. Masyarakat tak butuh pujian kosong, mereka butuh jalan yang layak, aman, dan nyaman.
Karena pada akhirnya, bukan seberapa keras slogan diteriakkan, tapi seberapa nyata perubahan itu dirasakan.
Reporter: Sry Wahyuni
Redaksi: SultraPos.ID
0 Komentar