Breaking News

Kontraktor Lokal Unggul di Proyek IJD 2025, Percepat Pekerjaan dan Perkuat Pendapatan Daerah Muna Barat

IJD 2025 PT.BES 95℅ Pekerjaan. (Sultrapos.id)


MUNA BARAT, SULTRAPOS.ID- Program Inpres Jalan Daerah (IJD) tahun 2025 yang digulirkan di Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara, menjadi sorotan publik setelah mencuat perbandingan mencolok antara kinerja kontraktor lokal dan kontraktor luar daerah. Kontraktor lokal menunjukkan performa jauh melampaui ekspektasi, sementara kontraktor luar daerah tertinggal dalam progres pekerjaan.

Perbedaan signifikan ini memunculkan perdebatan di tengah masyarakat. Namun, banyak pihak kini semakin yakin bahwa kontraktor lokal tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Dalam dunia konstruksi, pemilihan penyedia jasa yang tepat menjadi faktor penting menentukan keberhasilan proyek, terutama proyek berskala besar.

Meski banyak perusahaan besar dari luar daerah didatangkan, faktanya kontraktor lokal masih unggul dalam beberapa aspek krusial, mulai dari kecepatan pengerjaan hingga efisiensi biaya.

PT BES Tancap Gas di Kusambi, Rampungkan 98 Persen dalam Sebulan

COntoh konkret keunggulan itu terlihat pada proyek rekonstruksi jalan rusak di Kecamatan Kusambi, penghubung Kabupaten Muna Barat dan Kabupaten Muna. Proyek strategis senilai Rp40 miliar itu dibagi menjadi tiga paket dan melibatkan tiga perusahaan konstruksi berbeda.

Dua paket jalan dua jalur Kusambi–Tugu Pesawat (2,2 km) dan paket Kusambi–Guali segmen II (2,7 km)—dikerjakan oleh kontraktor luar daerah. Sementara paket Kusambi–Guali segmen I sepanjang 2,3 kilometer dengan lebar 7 meter dipercayakan kepada kontraktor lokal PT BES, anak cabang PT Mitra Pembangunan Sultra (MPS).

Pada paket ini, PT BES langsung bergerak cepat. Berdasarkan peninjauan sejumlah awak media, progres pekerjaannya telah mencapai 98 persen hanya dalam waktu satu bulan, tepatnya pada 27 November 2025. Pekerjaan yang tersisa hanya bahu jalan (Class S) dan marka jalan yang dijadwalkan rampung pada Desember.

Kontraktor Luar Daerah Tertinggal Akibat Kendala Material

Berbanding terbalik, dua paket yang dikerjakan kontraktor luar daerah mengalami ketertinggalan signifikan. Hingga akhir November, progres pekerjaan belum mencapai 50 persen. Keterlambatan itu dipicu oleh persoalan klasik: keterbatasan material.

Material yang didatangkan dari Moramo harus melalui antrean panjang sebelum dikirim, sehingga pekerjaan beberapa kali terhenti karena kehabisan bahan.

“Kalau material dari Moramo, sebelum sampai sini harus antre dulu untuk pengapalan. Kadang tiga hari, tapi bisa juga sampai tujuh hari,” jelas Gading, pengawas lapangan CV Danindo Pratama, saat ditemui awak media pada Selasa, 25 November 2025.

Ia juga mengungkapkan bahwa hingga tanggal tersebut progres baru mencapai 46 persen. Satu jalur sudah diaspal, sementara jalur lainnya masih sering dilalui truk pengangkut material dari paket Kusambi–Guali segmen I dan II.

"Aspal kita kan masih baru, nanti bisa rusak kalau sering dilewati alat berat. Nah kalau mereka sudah selesai baru kita juga mengebut pekerjaan ini sampai selesai juga," katanya.

Meski progres tertinggal, Gading tetap optimis proyek dua jalur Kusambi–Tugu Jati yang dikerjakannya mampu dirampungkan sebelum batas 31 Desember 2025.

Efisiensi Kontraktor Lokal Berikan Dampak Ekonomi Lebih Luas

Situasi di lapangan memperlihatkan jelas bahwa kendala logistik dan pengadaan material dari luar daerah menjadi hambatan utama bagi kontraktor non-lokal. Sebaliknya, kontraktor lokal seperti PT BES unggul karena memaksimalkan material dari daerah sendiri serta memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi wilayah, medan, hingga karakter masyarakat setempat.

Kemampuan ini membuat mereka lebih cepat, sigap, dan efisien dalam mobilisasi alat berat maupun suplai material—tanpa harus mengorbankan kualitas pekerjaan.

Selain aspek teknis, keberadaan kontraktor lokal turut memberikan manfaat ekonomi nyata bagi daerah. Mereka menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal dan membuat perputaran uang dari keuntungan proyek tetap beredar di wilayah Muna Barat, yang turut berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sebaliknya, keuntungan kontraktor luar daerah cenderung kembali ke wilayah asal mereka.

"Kalau kontraktor lokal yang kerja proyek, warga pasti ikut merasakan manfaatnya, karena putaran uang dari profit kontraktor terputar di daerah sendiri. Tapi kontraktor luar yang bekerja, hanya sebagian kecil warga mendapatkan manfaatnya," ujar La Amor, seorang pemuda yang dikenal kritis di Muna Barat. (Redaksi).

0 Komentar

Posting Komentar
© Copyright 2022 - Media Online sultrapos.id