![]() |
Pertemuan Kelompok Tani Kembang Sari, Desa Labukolo, Kecamatan Tiworo Tengah. |
MUNA BARAT, SULTRAPOS.ID -Kekompakkan merupakan kemampuan untuk bekerja sebagai satu kesatuan menuju tujuan bersama. Dalam kelompok kekompakkan yakni sejauh mana anggota kelompok bersatu, berkomitmen satu sama lain, dimana anggota kelompok satu dengan yang lain memiliki ketulusan dan minat yang sama untuk tetap berada dalam kelompok.
La Mbito, SP., M.Si Selaku penyuluh Pertanian menegangkan bahwa Petani yang nota bene sebagai pejuang pangan dan pahlawan tanpa tanda jasa yang memiliki jumlah yang banyak, namun hampir tidak memiliki nilai seperti profesi yang lain. Seolah profesi petani ini selalunya dipandang sebagai sesuatu yang “kotor-kotoran” , “main-main tanah” , tidak berdaya dan sesuatu lainnya.
"Oleh Karena itu, perlu ada kekompakkan petani, agar bisa memiliki nilai tawar dan daya saing. Salah satu cara agar petani bisa memiliki nilai tawar dan daya saing maka perlu menyatukkan diri dan kompak dalam kelembagaan kelompok tani," terang La Mbito, Rabu (21/08/2024).
Fasilitator LEM sejahtera Sultra ini pun menyampaikan bahwa Kegiatan penyuluhan melalui pertemuan kelompok tani sebagai bagian dari upaya dalam membangun kesadaran dan pemahaman untuk membangkitkan semangat dan gairah mereka agar bisa terus menjaga kekompakkan dan kebersamaanya. Jika mereka kompak maka kebutuhan pangan kita akan menjadi enteng.
"Pertemuan anggota kelompok menjadi sarana yang baik, sebagai bagian dari pendidikan non-formal dan pendidikan orang dewasa, memberikan sesuatu pengetahuan, sesuatu informasi, dan sesuatu lainnya agar bisa menumbuhkan kesadaran," tuturnya.
Lanjut, dengan kesadaran yang baik maka pergeseran pengetahuan (dari tidak tau mjd tau), Pergeseran sikap (dari tidak mau menjadi mau) dan pergeseran keterampilan (dari tidak mampu menjadi mampu), sehingga menuju pada perubahan yang lebih baik.
"Jika Petani kompak, maka jalan tol menuju kesejahteraan mudah tercapai, karena dalam kekompakkan akan lahir kekuatan dan nilai tawar, tapi tentu saja untuk mencapai ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh kesadaran dan stamina," tambahnya.
Salah satu contohnya yakni kelompok tani kembang sari Kabupaten Muna, ini telah memiliki kas kelompok sebanyak Rp 26 juta, yang dikumpul secara swadaya, kas tersebut baru digunakan untuk usaha simpan pinjam sama anggotanya.
Ketua kelompok tani, Pak boikun mengungkapkan bahwa dirinya telah memiliki rencana kerja untuk tambahan usaha seperti jual beli hasil pertanian dan kios tani jual saprotan tapi terkendala dengan kas kelompok yang belum memadai.
"Jika ada pihak-piham terkait yang bisa memberikan suntikan atau stimulan untuk tambahan kas kelompok kami, kami sangat bersyukur dan berterimakasih untuk kami gunakan dengan sebaik-baiknya," tuturnya.
Pernyataan kelompok tani kembang sari, dibenarkan Oeh Kepala desa Labukolo pak Sumarno, ia mengakui bahwa kelompok tani kembang sari telah memiliki kas dan usaha simpan serta rutin melakukan pertemuan setiap bulan tanggal 21.
Laporan: Redaksi
0 Komentar