![]() |
Bahar Rustajab |
Oleh: Bahar Rustajab
(Dewan Pembina Gerbang Kota sekaligus Direktur PT Sanu Karya Logistik)
Pelabuhan Bungkutoko bukan sekadar titik sandar kapal adalah simpul vital dalam sistem logistik dan pergerakan ekonomi Kota Kendari dan sekitarnya. Namun, seberapa kuat pelabuhan ini berkontribusi tergantung bukan hanya pada dermaga atau fasilitasnya, tetapi pada akses jalannya urat nadi yang menghubungkan pelabuhan dengan kawasan industri, pasar, dan masyarakat.
Urgensi: Ketika Jalan Menentukan Arah Pertumbuhan
Urgensi akses jalan ke Pelabuhan Bungkutoko bukan sekadar soal kenyamanan, tetapi menyangkut efisiensi waktu, biaya logistik, dan keselamatan transportasi. Tanpa akses yang layak dan terhubung secara sistemik, pelabuhan akan menjadi titik mati ada tapi tak berdaya. Peningkatan akses jalan menjadi hal mendesak karena, volume kendaraan logistik meningkat, tapi kapasitas jalan tidak ikut berkembang. Risiko kecelakaan dan kerusakan kendaraan meningkat akibat kondisi jalan yang buruk atau sempit. Waktu bongkar muat membengkak, membuat pelabuhan kalah bersaing dengan wilayah lain.
Kontribusi: Jalan sebagai Sarana Multiplayer Effect
Akses jalan bukan hanya jalur fisik, tetapi penghubung nilai tambah ekonomi. Ketika akses lancar: Distribusi barang lebih cepat, harga bisa lebih stabil, dan pelaku UMKM di sekitar pelabuhan ikut bergerak. Investasi industri pelabuhan dan kawasan pergudangan lebih menarik karena efisiensi tinggi. Pajak dan retribusi meningkat, seiring dengan pergerakan ekonomi yang lebih hidup.
Akses Jalan: Penguat Konektivitas dan Posisi Strategis Bungkutoko
Akses jalan yang baik bukan hanya memperlancar lalu lintas kendaraan, tetapi juga membangun konektivitas antarwilayah secara strategis. Ketika jalur darat menuju Pelabuhan Bungkutoko dibenahi dengan serius, maka hubungan antara pusat produksi, kawasan industri, dan pasar regional akan terhubung lebih efisien. Tidak ada lagi keterlambatan distribusi, tidak ada lagi pemborosan logistik. Inilah fondasi dari daya saing wilayah.
Dengan akses yang terintegrasi dan fungsional, Bungkutoko tak hanya menjadi pelabuhan biasa tetapi naik kelas menjadi simpul logistik utama di Sulawesi Tenggara. Ia mampu menampung beban distribusi regional, melayani arus barang skala besar, dan menjadi penggerak ekonomi lintas kabupaten dan kota. Maka, membenahi akses jalan ke Bungkutoko adalah langkah taktis dan strategis menyiapkan Kendari sebagai kota penghubung, dan Sulawesi Tenggara sebagai pemain penting dalam jaringan logistik kawasan timur Indonesia.
Akses Bukan Sekadar Infrastruktur
Membangun akses jalan Pelabuhan Bungkutoko adalah strategi jangka panjang, bukan proyek jangka pendek. Urgensinya nyata, dan kontribusinya akan dirasakan bukan hanya oleh pemerintah, tapi oleh masyarakat luas. Ketika jalan dibuka, peluang pun terbuka. Maka, investasi pada akses jalan adalah investasi pada masa depan.
Antara Urgensi dan Kontribusi: Jalan Menuju Bungkutoko
Di ujung timur Kota Kendari, berdiri Pelabuhan Bungkutoko sebuah simpul logistik yang menyimpan potensi besar bagi pergerakan ekonomi Sulawesi Tenggara. Namun potensi itu tidak akan pernah tumbuh sepenuhnya bila urat nadinya tersumbat. Jalan akses menuju pelabuhan ini, sejatinya bukan hanya aspal dan beton, tapi jantung dari sistem distribusi, kecepatan logistik, dan arus barang yang menentukan irama ekonomi daerah. Hari ini, kita dihadapkan pada dua wajah realitas: urgensi yang tak bisa ditunda, dan kontribusi yang belum maksimal.
Urgensi yang Mendesak
Waktu terus berjalan, sementara kendaraan logistik terus berdatangan. Namun jalan yang menghubungkan Bungkutoko masih tertatih. Di sinilah urgensi berbicara lantang: bahwa tanpa infrastruktur yang memadai, pelabuhan hanyalah nama tersekat oleh hambatan fisik yang memperlambat arus dan melemahkan daya saing.
Setiap lubang di jalan adalah lambang dari biaya tambahan. Setiap kemacetan adalah simbol dari kesempatan yang hilang. Setiap keterlambatan distribusi adalah ironi, di tengah pelabuhan yang semestinya menjadi pusat percepatan ekonomi. Ini bukan lagi soal kenyamanan, tapi soal efisiensi, keselamatan, dan kredibilitas Kota Kendari dalam membangun logistik regional.
Kontribusi yang Terbuka Lebar
Namun di balik urgensi itu, tersimpan harapan: bahwa jika jalan dibuka dan diperkuat, maka Bungkutoko bisa menjadi motor pertumbuhan. Dengan akses yang lancar, bukan hanya kontainer yang bergerak cepat tapi juga nilai ekonomi yang merambat ke UMKM, sektor perdagangan, dan tenaga kerja lokal. Setiap kendaraan yang melintas bukan hanya membawa barang, tetapi membawa harapan: bagi buruh pelabuhan, bagi pedagang di pasar, bagi generasi muda yang mendambakan lapangan kerja baru. Dengan akses jalan yang memadai, Bungkutoko akan berkontribusi bukan hanya sebagai pelabuhan, tapi sebagai katalisator pembangunan wilayah. Penerimaan negara dan daerah akan meningkat, investasi akan mengalir, dan peradaban baru bisa tumbuh di sekitarnya.
Akses Adalah Arah
Maka, membangun jalan menuju Bungkutoko bukan sekadar membangun jalur transportasi. Ia adalah simbol dari keberpihakan pada efisiensi, keberanian mengambil keputusan strategis, dan komitmen pada pembangunan yang terarah. Urgensi harus ditangkap sebagai panggilan, dan kontribusi harus dikelola sebagai hasil.Karena sejatinya, setiap jalan yang dibuka bukan hanya memperpendek jarak, tapi juga memperluas harapan. Dan Bungkutoko, dengan seluruh potensinya, hanya menanti satu hal: akses yang memanusiakan, menggerakkan, dan menyatukan.
Harapan dan Solusi dari Pemerintah Daerah
Di tengah berbagai keterbatasan, masyarakat tidak berhenti berharap. Mereka tahu bahwa pemerintah daerah bukanlah penyihir, namun mereka percaya bahwa pemerintah adalah penggerak perubahan. Maka dari itu, harapan kini diarahkan pada keberanian pemerintah daerah untuk membaca tanda zaman dan menjawab kebutuhan nyata.
Pemerintah daerah diharapkan tidak hanya melihat akses jalan sebagai proyek fisik semata, tetapi sebagai investasi strategis yang berdampak pada efisiensi logistik, daya saing ekonomi, dan pemerataan pembangunan. Solusi konkret yang dapat ditempuh pemerintah daerah antara lain:
Menyusun roadmap infrastruktur terintegrasi, dengan menjadikan Pelabuhan Bungkutoko sebagai simpul utama dalam perencanaan transportasi dan ekonomi wilayah. Memperkuat sinergi antara pemerintah daerah, provinsi, dan pusat, agar alokasi anggaran pembangunan jalan tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi terpadu dalam satu visi.
Menggandeng sektor swasta dan investor melalui skema KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha), agar pembiayaan jalan bisa lebih cepat, tanpa mengandalkan APBD semata.
Melibatkan masyarakat lokal dalam pengawasan dan pelaksanaan pembangunan, sehingga akses yang dibangun benar-benar menjawab kebutuhan warga, bukan sekadar memenuhi formalitas proyek.
Membangun rest area dan zona penyangga logistik di sekitar jalan akses, sehingga kawasan sekitar pelabuhan juga tumbuh menjadi kantong ekonomi baru.
Harapannya, jalan menuju Bungkutoko bukan hanya akan dibangun secara fisik, tetapi juga secara visi dan komitmen jangka panjang. Pemerintah daerah tidak bisa menunggu semuanya sempurna. Justru di tengah keterbatasan, langkah kecil yang konsisten akan melahirkan perubahan besar. Karena akses jalan bukan hanya membuka ruang bagi kendaraan, tetapi membuka ruang bagi cita-cita rakyat yang ingin hidup lebih baik.
Kendari Tak Akan Maju Jika Akses Jalan Ini Tak Fungsional
Kemajuan sebuah kota tak hanya ditentukan oleh gedung-gedung tinggi atau angka statistik pembangunan. Ia ditentukan oleh bagaimana akses dibuka, konektivitas dibangun, dan mobilitas dipermudah. Dalam hal ini, jalan menuju Pelabuhan Bungkutoko adalah nadi penting yang harus berdenyut lancar. Tanpa akses jalan yang fungsional, pelabuhan hanya akan menjadi simpul logistik yang stagnan. Barang sulit bergerak, biaya distribusi melonjak, dan daya saing daerah melemah. Masyarakat menunggu, kendaraan mengantre, ekonomi pun tertahan.
Kendari tak akan semakin maju jika akses jalan ini tetap terabaikan. Pembangunan tidak boleh berhenti di pelabuhan ia harus mengalir sampai ke jantung kota, hingga ke desa-desa. Karena akses jalan bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi penentu arah masa depan. Saat jalan dibangun, harapan ikut tumbuh. Maka inilah saatnya, pemerintah daerah berani mengambil sikap. Bukan untuk sekadar membangun jalan, tapi untuk membuka peluang, mempermudah usaha, dan mempercepat kemajuan.
Jalan Terbuka, Lapangan Kerja Tercipta, Ekonomi Tumbuh
Pembangunan akses jalan menuju Pelabuhan Bungkutoko bukan hanya soal konektivitas antarwilayah, tapi juga kunci pembuka lapangan kerja baru. Ketika jalan berfungsi optimal, arus logistik menjadi lancar, investor datang lebih percaya diri, dan sektor usaha di sekitar pelabuhan mulai tumbuh dari skala kecil hingga industri menengah. Setiap truk yang melintas membawa lebih dari sekadar barang. Ia membawa peluang kerja bagi sopir, buruh bongkar muat, teknisi, hingga penjaja makanan di sepanjang jalur distribusi.
Infrastruktur membuka ruang bagi ekonomi rakyat bertumbuh dari bawah. Dengan akses yang baik: Gudang dibangun, pekerja dibutuhkan. Kawasan industri logistik bergerak, tenaga kerja terserap. UMKM lokal mendapat pasar baru, roda ekonomi berputar.
Inilah rantai pertumbuhan yang harus dimulai dari satu hal sederhana namun strategis: akses jalan yang layak. Pemerintah daerah harus melihat lebih jauh dari sekadar angka proyek. Karena di balik beton dan aspal itu, ada masa depan ribuan warga yang menanti kesempatan bekerja dan menghidupi keluarganya. Maka pembangunan jalan bukan hanya menciptakan jalur lintasan, tetapi jalur harapan. Dan harapan itu akan terus tumbuh selama kebijakan diarahkan untuk membuka ruang, bukan membatasi gerak.
Akses Jalan yang Baik: Menjaga Buruh dari Jurang Kemiskinan Baru
Di balik deru mesin dan hiruk-pikuk pelabuhan, ada para buruh yang mengandalkan keringat demi menyambung hidup. Namun tanpa akses jalan yang memadai, waktu mereka habis di jalan, penghasilan tak sebanding dengan beban kerja, dan peluang ekonomi makin sempit. Inilah yang perlahan tapi pasti bisa melahirkan keluarga miskin baru. Buruknya akses membuat biaya logistik meningkat.
Ketika perusahaan menekan ongkos, buruh lah yang pertama kali terdampak lembur dikurangi, upah ditekan, kesempatan kerja makin terbatas. Pemerintah daerah harus sadar bahwa infrastruktur bukan hanya soal konektivitas, tapi soal keadilan sosial. Jalan yang lancar mempercepat perputaran ekonomi, meningkatkan produktivitas, dan membuka peluang kerja baru yang layak.
Dengan memperbaiki akses jalan ke Pelabuhan Bungkutoko, kita mencegah mata rantai kemiskinan baru di kalangan buruh. Kita memberi mereka bukan hanya pekerjaan, tapi juga harapan akan kehidupan yang lebih manusiawi. Karena kemajuan sebuah kota tak bisa diukur hanya dari proyek besar, tapi dari kemampuan negara menjaga rakyat kecil tetap hidup bermartabat.
Memperbaiki akses jalan ke Pelabuhan Bungkutoko adalah langkah strategis untuk menjaga martabat buruh, dan sekaligus menggerakkan ekonomi Kendari. (**)
0 Komentar